Konsumsi Listrik Sejumlah Industri Turun, Bos PLN Ungkap Sektor Penopang Pertumbuhan
Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, mengungkapkan adanya penurunan konsumsi listrik di sejumlah sektor industri hingga April 2025 secara tahunan (year-on-year/YoY). Hal tersebut ia sampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (22/5/2025).
"Ada beberapa segmen yang negatif, yaitu semen, hotel/penginapan, kimia/farmasi, pertambangan, dan pengelolaan lainnya serta reparasi," jelas Darmawan.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa penurunan ini berhasil dikompensasi oleh pertumbuhan signifikan di sektor-sektor lain. Konsumsi listrik dari sektor pusat data (data center) tercatat mengalami pertumbuhan paling tinggi, yaitu 17,65 persen secara YoY.
Baca Juga: PLN Naikkan Target Penjualan Listrik Jadi 325 TWh pada 2025
Sektor logam dan baja tumbuh 12 persen, diikuti industri makanan dan minuman serta mesin dan perlengkapannya yang masing-masing meningkat 7 persen. Perdagangan nonotomotif naik sekitar 5 persen, pusat perbelanjaan atau mal tumbuh 4 persen, industri karet dan plastik naik 3,4 persen, dan industri pakaian jadi meningkat sebesar 1,5 persen.
“Jadi, ada penurunan, tetapi dikompensasi dengan pertumbuhan di sektor-sektor yang lain. Result, secara umum adalah pertumbuhan listrik masih sehat,” ungkapnya.
Darmawan menilai tekanan terhadap sejumlah sektor tidak lepas dari dinamika ekonomi global dan ketegangan geopolitik yang berdampak multidimensi terhadap dunia usaha, termasuk PLN sebagai penyedia utama listrik nasional.
Baca Juga: PLN IP Resmikan PLTS Terapung Muara Nusa Dua, Segini Kapasitasnya
Kendati menghadapi tantangan, ia tetap optimistis terhadap prospek sektor ketenagalistrikan nasional. Mengutip proyeksi International Energy Agency (IEA), Darmawan menyebut bahwa permintaan listrik global akan tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor energi lainnya.
Ia menuturkan, pertumbuhan ini didorong oleh beberapa faktor, seperti meningkatnya suhu udara yang memacu penggunaan pendingin udara (AC), lonjakan penjualan kendaraan listrik yang tumbuh lima kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, serta berkembangnya industri data centeryang dikenal sangat membutuhkan konsumsi energi tinggi.
下一篇:Pemerintah Siap Patuhi Putusan MK soal UU Cipta Kerja, Supratman Lapor Prabowo
相关文章:
- Awas! KPK Ikut 'Pelototi' Gugatan Sengketa Pemilu di MK
- Sempat Sebut Proyek Angin di Era Anies Baswedan, PDIP Kini Ingin Heru Budi Lanjutkan Program JakWiFi
- Bertemu Prabowo Subianto, Surya Paloh: Nasdem Siap Dukung Pemerintahan Baru
- PDI Perjuangan Minta MK Ubah Suara PSI dan Demokrat di Papua Tengah Jadi Nol
- WHO Peringatkan Kasus Campak di Eropa Naik 30 Kali Lipat
- Rayu Tarif ke AS, Jepang Beri Keistimewaan ke Tesla
- Hari Kartini 21 April 2024 Tanggal Merah atau Tidak? Ini Jawabannya
- Menteri PKP Salurkan 1.000 Unit Rumah Subsidi untuk Masyarakat Halmahera Tengah
- Sejarah Ramen, Mi Berkuah dari Jepang yang Dicintai Banyak Orang
- Profil Kombes Trunoyudo, Kabid Humas Polda Metro Jaya yang Baru, Gantikan Endra Zulpan
相关推荐:
- 罗德岛设计学院奖学金详解
- Penyelundupan Tas Mewah, Bea Cukai Soekarno
- Proses Pendaftaran Merek di Indonesia Hanya 6 Bulan, Kalahkan Amerika dan China
- INTIP: 7 Bahan Dapur Ini Ampuh Usir Tikus di Rumah
- ECB Soroti Inflasi Eropa, Akan Pangkas Suku Bunga di April 2025?
- Proses Hukum TikToker Galihloss Tetap Berjalan Meskipun Sudah Minta Maaf
- Transisi Menuju Endemi, Pemprov DKI Atur Jam Kerja ASN
- FOTO: Lebah Jadi 'Juru Damai' Antara Gajah dan Manusia di Kenya
- 美国大学设计排名TOP8院校
- Kasus Penipuan Robot Trading Rugikan Ribuan Orang Jadi Prioritas Kejagung
- 伦敦艺术大学每年在招多少人?
- MAX干货丨想要创作出优秀的服装设计作品集,不要忽略这些步骤
- 纽约大学城市规划研究生申请条件
- Centra Initiative Sebut Penanganan Kasus Agus Buntung Inklusif dan Partisipatif
- Jakarta Dianggap Gak Siap Terapkan PSBB, Cetus PDIP: Dulu Anies Ngotot Lockdown
- Komnas HAM Minta Polda Jateng Pidana Oknum Polisi Tembak Siswa SMK di Semarang
- 康奈尔大学要求有哪些?
- FOTO: Arab Saudi Kini Punya Pop
- FOTO: Onigiri Terbaik di Tokyo, Pelanggan Rela Antre 3
- Waspada, WHO Sebut Penderita Kanker Melonjak 77 Persen pada 2050